Puisi | Percakapan Sunyi dengan Waktu
![]() |
| Asap menari pelan di ruang yang tak bernama, menyulam gelap dengan sisa pikiranku sendiri |
Ada meja yang setia menampung resah,
secangkir kopi dingin,
dan layar yang menatapku lebih lama,
dari siapa pun.
Di kejauhan,
angin membawa kabar dari timur,
tentang azan yang nyaris padam di dadaku,
tentang janji yang kutunda,
dengan alasan lelah yang tak pernah selesai.
Waktu duduk di seberangku malam ini,
tak banyak bicara,
hanya menatap seperti cermin,
yang menunggu aku jujur pada diri sendiri.
Ia berbisik lirih,
bahwa diam bukan berarti damai,
dan bergerak bukan berarti hidup.
Maka aku mulai belajar,
menyusun pagi dari reruntuhan malam,
menanam niat kecil,
di tanah kesadaran yang kering,
menyiraminya dengan keyakinan
yang belum sempurna.
Dan mungkin,
bila aku cukup setia menjaga pagi,
aku akan bertemu dengan diriku yang lain,
yang tak lagi berlari dari waktu,
tapi berjalan berdampingan dengannya,
menuju cahaya yang sama,
tempat segala doa menemukan rumahnya.





0 Response to "Puisi | Percakapan Sunyi dengan Waktu"
Posting Komentar