Sebelum Internet Datang - Episode 1
![]() |
Al Quran kecil untuk belajar membaca Al Quran |
“Audzubillahiminassyaitonniroziim..
bismillahirohmaanirrohiim.. Alif, ba, ta, tsa, jim, ha, kho, dal, dzal, ro, za,
sin, syin, shod, dhod, tho, zho, ‘ain, ghoin, fa, qof, kaf, lam, mim, nun, waw,
hamzah, ya, wassalamu.. shodaqollaahul ‘adziim”.
Cium tangan kemudian
segera melepaskan peci bulat putih khas haji dan sarung motif kotak warna merah
biru. Sangat semangat karena akan menonton di televisi mulai dari sinetron
Bidadari, Putri Duyung, Panji Manusia Milenium, Saras 008, Pernikahan Dini,
Inikah Rasanya, Celana Bulu Jin, kalau di minggu pagi salah satu film
terfavorit seperti Power Ranger, Dragon Ball, Teletubies dan lupa judulnya yang
tentang balap tamiya. Selain itu, masih banyak film pada masa itu yang sangat
menghibur.
Masa yang saat itu kalau nonton
berjamaah bisa sampai sekampung. Memang saat itu kehadiran benda canggih
yang mengeluarkan gambar bergerak dan bersuara memanglah aneh sehingga menarik
untuk disaksikan. Tak hanya itu, bagi yang punya benda tersebut bisa dikatakan
orang kaya karena mampu membeli, sangat jarang malah langka ada televisi di
rumah, orang tersebut adalah Wa Isa dan Wa Maryam yang merupakan pasangan suami
istri.
Sekarang, Wa Isa sudah tiada di dunia, waktu tepat meninggalnya saya
lupa lagi, mari kita doakan semoga beliau tenang di alam barzah, diampuni
segala dosanya, diterima amal ibadahnya dan termasuk golongan ahli syurga,
aamiin. Berkat beliau masa kecil saya bisa menikmati nonton TV berjamaah. Lanjut cerita, setiap kali nonton selalu paling depan sambil rebahan. Kadang
tak terasa bangun-bangun sudah ada di kamar karena ketiduran.
Saat itu
tahun 2002, usiaku menginjak 7 tahun. Usia yang pada umumnya baru masuk
sekolah, SDN 4 Pasiripis adalah tempat pertama mengenyam pendidikan
formal. Kesenangan, ketakutan, tanggung
jawab, mengenal dan tumbuh rasa ingin tahu terpupuk semasa sekolah disana.
Saya punya teman sebangku namanya Yusep
Bastian, panggilannya Iyus. asli prodak Surade, Kp. Sumurbandung. Dari SD sampai SMP selalu satu kelas, bosan sekali..
Tapi, saya bisa belajar dari dia tentang kemandirian. Tak hanya dia, teman
seangkatan dari Sumurbandung yang didelegasikan untuk belajar di SDN 4
Pasiripis adalah Budiman (Diman/Budi), Ruli Nuryaman (Enur), Rizky Anugrah
(Dede Batok/Bolang), dan Rega Nurani
(Mega/Ega), sudah saya urutkan mulai dari yang pertama gubrag kealam dunia.
Khusus untuk Rizky Anugrah dia bergabung saat kelas 4 SD karena naturalisasi dari Kp. Tegalegok.
Mengenal
mereka, tentunya punya sifat dan karakter masing-masing. Satu hobi yang
menguatkan, yaitu suka olahraga. Sepak
Bola, Bola Voli dan Traveling menjadi kegemaran bersama. Di Sepak Bola, saya
biasa jadi Kiper, Budiman merupakan Bek tangguh yang kalau sudah maju susah
mundur, memang mental pejuang. Kalau Iyus itu bek yang bermetamorfosis jadi
penyerang, ada kemajuan karena kalau mundur mungkin bisa jadi kiper. Dede Batok
adalah pemain penyerang sayap yang diharapkan mampu terbang lebih tinggi dari
lawannya, dia juga spesialis tendangan bebas dan dua belas pas. Sedangkan Enur
menjadi penyerang tengah atau striker, dengan keberaniannya di lapangan dan di
luar lapangan menjadi target man untuk membuat goal. Untuk Ega, tidak diikutkan
karena dia perempuan, mungkin kalau ada sepak bola putri bisa ikut kalau dia
mau. Ega ini hebat dalam hal akademik, pinter.
Di permainan bola voli, saya
jadi pemberi umpan lambung untuk di pukul, sementara teman-teman yang lain
merupakan pemukul kelas ringan. Untuk traveling ini tidak seperti yang
terbanyangkan jalan-jalan ke luar negeri, tapi jalan kaki dari Rumah ke Sekolah
dan sebaliknya. Pernah saya ukur, durasi perjalaan kalau jalan raya itu sekitar
30 menit sedangkan kalau jalan sawah sekitar 15 menit. Perjalanan panjang dan
melelahkan jika itu terjadi pada masa milenial ini. Masa itu masa-masanya belum
mengenal handphone, belum mengenal facebook, instagram, twitter, youtube
apalagi tiktok.
0 Response to "Sebelum Internet Datang - Episode 1"
Posting Komentar